![]() |
Rebana, Foto :Pixabay |
Rebana pertama kali muncul pada abad ke-6 Mesehi saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Saat itu, orang Madinah menyambut Rasulullah SAW dengan rebana sambil bersyair. Salah satu syair yang dilantunkan saat itu adalah syair yang artinya, "Purnama telah terbit di atas kami, dari arah Tsaniyatul Wada'. Kita wajib mengucap syukur, dengan doa kepada Allah semata."
Lir-Ilir.id,- Siapa yang tak kenal Rebana atau “Terbang” dalam bahasa jawa. Alat musik berupa gendang berbentuk bundar dan pipih dengan salah satu sisi berlapis kulit kambing untuk ditepuk ini, sangat populer di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, rebana seakan menjadi warisan bersama antara beberapa Negara berbahasa Melayu di asia tenggara seperti Singapura, Malaysia, Brunai dan Indonesia.
Selain Asia Tenggara, beberapa Negara di dunia juga mengenal rebana dengan nama yang berbeda, di Mesir, Irak, Suriah, dan di negara-negara Arab lainnya, rebana disebut dengan riq. Di Rusia, Ukrania, Slovia, Cekoslovakia dan Polandia alat musik perkusi ini disebut dengan istilah buben.Di Balkan, Persia, dan di negara-negara Asia Tengah rebana juga disebut dengan dajre. Kemudian, masyarakat India Selatan menyebut rebana dengan sebutan kanjira (Republika).
Asal-usul Rebana
Belum ada sumber resmi mengenai asal-usul rebana ini, hanya saja dalam sejarah seperti di lansir Bernas.id, rebana pertama kali muncul pada abad ke-6 Mesehi saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Saat itu, orang Madinah menyambut Rasulullah SAW dengan rebana sambil bersyair. Salah satu syair yang dilantunkan saat itu adalah syair yang artinya, "Purnama telah terbit di atas kami, dari arah Tsaniyatul Wada'. Kita wajib mengucap syukur, dengan doa kepada Allah semata."Di Indonesia sendiri rebana pertama kali diperkenalkan ke Indonesia sekitar abad 13 hijriyah oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259-1333 H/ 1839-1913 M). Habib Ali datang ke Indonesia untuk berdakwah, namun di samping berdakwah dia juga membawa kesenian Arab yakni pujian-pujian kepada Rasulullah yang diiringi oleh rebana.
Dalam da’wahnya kemudian Habib Ali mendirikan majlis-majlis sholawat. Selang beberapa waktu majlis yang didirikan oleh Habib Ali ini mendapat banyak pengikut khususnya di Banjar, Kalimatan, dan Jawa. Akhirnya rebana ini dapat kita kenal hingga saat ini.
Sebagai Media Da’wah
![]() |
Rebana Perkusi, Foto: Pixabay |
Sejarah membuktikan Agama Islam masuk ke Indonesia dengan wajah bersahabat dan ramah sehingga ajarannya dapat diterima oleh masyarakat lokal Indonesia. Kesuksesan penyebaran ajaran agama Islam tak terlepas dari peran para ulama yang menggunakan kesenian sebagai media dakwah. Di dalam kesenian tersebut banyak terdapat alat-alat musik bernuansa Islam, salah satunya, yaitu rebana.
Lihatlah beberapa grup rebana ternawa disekitar Jawa Tengah, Az-Zahir misalnya, yang di pimpin oleh Habib Ali Zainal Abidin Assegaf ini sangat populer di kalangan remaja muda mudi di karisedenan pekalongan dan sekitarnya. Begitu juga grup rabana Al-Mubarok, punya Qudsiyyah kudus yang dikomandoi Gus Apang bahkan sudah melanglang buana ke mancanegara.
Meski telah banyak grup rebana yang sukses namun tak boleh membuat kita lalai untuk melestarikan music pembawa syiar islam ini. Untuk itu berbagai kegiatan di gelar agar anak-anak muda tetap mencintai rebana. MWC NU Mayong Jepara misalnya, belum lama ini menggelar lomba rebana dalam rangka Harlah NU ke 95.
Sambutan masyarakat nampak antusias, bukan hanya pemuda dan pelajar di kalangan NU saja yang ikut. Tercatat ada 20 Grup rebana yang ikut serta dalam lomba yang di gelar di Gedung haji Singorojo ini. Selain ajang untuk mencari bakat-bakat terbaik dan mengasah kreatifitas, lomba ini juga sekaligus memberikan hiburan bagi warga sekitar.
Bertenggger di posisi pertama sebagai juara pada ajang lomba ini ggrub Rebana Exellent Youth (SMAN I Jepara), disusul Laskar Walisongo (Pecangann) dan PP. Nurul Falah Amtsilati sebagai juara 3. Ajang ini juga menganugerahkan vocal terbaik kepada Exellent Youth dan aransement terbaik untuk Laskar Walisongo Pecangaan Jepara.
Rebana sebagai salah satu alat dakwah hadir sebagai wujud kecintaan kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Setiap syair yang dilantunkan penuh dengan makna juga nasehat kepatuhan kepada ajaran Islam. Dakwah dibawakan dengan gembira ini membuat masyarakat Indonesia dapat menerima Islam dengan terbuka. Sehingga dapat berkembang dengan sangat pesat.
Harus dilestarikan
Sebagaimana umumnya kesenian tradisional, jika tidak dirawat dan dilestarikan tentu akan punah dengan sendirinya. Namun cerita tentang rebana agak berbeda, meski ber-jenre tradisional namun keluwesannya untuk bersanding dengan berbagai alat musik modern membuat rebana ini tetap punya pencinta sendiri.Lihatlah beberapa grup rebana ternawa disekitar Jawa Tengah, Az-Zahir misalnya, yang di pimpin oleh Habib Ali Zainal Abidin Assegaf ini sangat populer di kalangan remaja muda mudi di karisedenan pekalongan dan sekitarnya. Begitu juga grup rabana Al-Mubarok, punya Qudsiyyah kudus yang dikomandoi Gus Apang bahkan sudah melanglang buana ke mancanegara.
Meski telah banyak grup rebana yang sukses namun tak boleh membuat kita lalai untuk melestarikan music pembawa syiar islam ini. Untuk itu berbagai kegiatan di gelar agar anak-anak muda tetap mencintai rebana. MWC NU Mayong Jepara misalnya, belum lama ini menggelar lomba rebana dalam rangka Harlah NU ke 95.
Sambutan masyarakat nampak antusias, bukan hanya pemuda dan pelajar di kalangan NU saja yang ikut. Tercatat ada 20 Grup rebana yang ikut serta dalam lomba yang di gelar di Gedung haji Singorojo ini. Selain ajang untuk mencari bakat-bakat terbaik dan mengasah kreatifitas, lomba ini juga sekaligus memberikan hiburan bagi warga sekitar.
Bertenggger di posisi pertama sebagai juara pada ajang lomba ini ggrub Rebana Exellent Youth (SMAN I Jepara), disusul Laskar Walisongo (Pecangann) dan PP. Nurul Falah Amtsilati sebagai juara 3. Ajang ini juga menganugerahkan vocal terbaik kepada Exellent Youth dan aransement terbaik untuk Laskar Walisongo Pecangaan Jepara.
Kepopuleran Rebana sebagai media da’wah dan pengiring puji-pujian sholawat, tentu akan terus ada dan berkembang seiring meningkatnya kecintaan umat Islam terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Posting Komentar