Tasawuf, Berikut Penjelasan yang mudah diterima orang awam


Foto :NU Online
"Jika kau melakukan ibadah dengan motivasi agar dilihat manusia, itu namanya syirik. Sebaliknya, jika kau meninggalkan sebuah ibadah juga karena manusia, maka itulah yang disebut riya,” ujar seorang sufi menasihati murid-muridnya.
Tidak ada yang paham apa yang dimaksud oleh guru itu. Para murid terdiam dan kebingungan.

“Mudahnya begini: kalau kau pergi ke Masjid untuk salat Jumat di awal waktu, dan berada di saf depan dengan motivasi agar nampak alim dan mendapat pahala berupa onta, itu namanya syirik. Sebab kau beribadah dengan motivasi selain Allah. Sebaliknya, jika kau sengaja mengakhirkan datang ke Masjid untuk salat Jumat agar berada di saf belakang dan supaya tidak tampak alim di mata manusia lain, maka itu namanya riya,” imbuh sang guru.

“Berarti kita tidak usah datang ke Masjid, Maulana?” tanya seorang murid.

Guru itu tersenyum. “Bukan itu maksudku. Kalian harus sadar bahwa menata niat untuk ibadah sangat sulit,” terangnya.

Demikian para sufi memberikan pelajaran. Mereka tidak main-main dengan kualitas ibadah kepada Allah. Mereka selalu menjaga hati agar tetap bersih dan suci sehingga tidak kehilangan koneksi dengan Allah.

Kaidah di atas merupakan aplikasi dari adagium yang dicetuskan oleh Abu Hasyim yang di kemudian hari membuat Sufyan Ats-Tsauri bergidik, dan menggelengkan kepala merasa seluruh amalnya habis dilahap satu kaidah itu.

Ia mengatakan bahwa “adaul amali laijlin naasi syirkun, wa tarkuhu liajlinnasi riyaun". Keduanya, terutama syirik, adalah dosanya dosa. Namun, kadang kita dengan mudah dan lumrah melakukannya tanpa disadari. (Tirto.id)


Apa itu Tasawuf ?

Secara etimologi, para ahli berbeda pendapat tentang akar kata tasawuf. Setidaknya ada ada enam pendapat dalam hal itu, yakni:
  • Kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan.
  • Kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf ialah seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan (shaf) pertama di sisi Allah Swt.
  • Kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt.
  • Kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus.
  • Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan.
  • Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba (wol) (Al-A’raf)
Foto : Pinteres.com

Tasawuf utamanya menyasar dimensi relasi spiritual seorang hamba dengan Tuhannya.
Dari berbagai akar kata tersebut menurut Aly Mashar tasawuf adalah bagian dari syari‟at islam yang memuat suatu metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki (mak‟rifat) dan atau inti rasa agama.

Menurut Said Aqil Siroj, tasawuf adalah sebuah disiplin keilmuan sekaligus praktik spiritual yang dilengkapi dengan leksikon-leksikon teknis, termasuk wacana dan teori di dalamnya. Tasawuf utamanya menyasar dimensi relasi spiritual seorang hamba dengan Tuhannya.

Pandapat Said Aqil Siroj itu jauh lebih komprehensif dan modern dibandingkan dengan beberapa definisi yang diungkapkan oleh ulama-ulama klasik, seperti Ma’ruf Al-Karkhi yang menyatakan “tasawuf adalah sebuah usaha untuk meraih hakikat dan meninggalkan segala hal yang berada di tangan Makhluk Allah”.

Atau seperti diungkapkan oleh Junaid Al-Baghdadi dalam Risalah Qusayriyyah Vol. 2 (1985) yang menyatakan “tasawuf adalah ibadah kepada Allah dan hanya karena Allah semata, bukan karena mengharap pahala atau menghindari siksa".
(Redaksi)

Referensi
TASAWUF :Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya
Aly Mashar, S.Pd.I., M.Hum. Al-A’raf, Vol. XII, No. 1


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama