Wayang Kulit, beginilah sejarah dan perannya dalam dakwah Islam di Nusantara (2)


Wayang Kulit, Foto Kompasiana

Wayang adalah boneka tiruan orang yg terbuat dr pahatan kulit atau kayu dsb yg dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yg disebut dalang. 

Asal-Usul Kata Wayang dan Dalang

Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.(Wikipedia)

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, wayang adalah boneka tiruan orang yg terbuat dr pahatan kulit atau kayu dsb yg dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yg disebut dalang.

Sedangkan Dalang, dalam terminologi bahasa Jawa berasal dari akronim ngudhal piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, informasi. Jadi keberadaan dalang dalam pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh baik pada permainan tersebut. 

Wayang, dari Zaman ke Zaman

  • Zaman prasejarah, wayang sebagai perwujudan roh nenek moyang
  • Zaman  Mataram I (400 M – 929 M), wayang sudah berkembang sebagai alat pendidikan dan komunikasi
  • Zaman Jawa Timur (929 M – 1478 M),  pertunjukan wayang kulit sudah mencapai bentuk yang menarik
  • Zaman Islam (1478 M – 1945 M), wayang berfungsi sebagai alat dakwah, penerangan, pendidikan, hiburan, sumber sastra dan budaya.
  • Zaman Indonesia merdeka (1945 M – sekarang), wayang berfungsi sebagai hiburan, unsur budaya dan kesenian, pendidikan, simbolis, dan filosofi.

Wayang mengalami perkembangannya melalui beberapa zaman. Di zaman prasejarah sebelum orang-orang Hindu datang, alam fikiran nenek moyang kita yang masih sangat sederhana mempercayai bahwa roh yang sudah mati masih tinggal di sekelilingnya. Roh itu dianggap sebagai pelindung dan dapat didatangkan. Kedatangannya diharapkan dapat memberikan berkah kepada yang masih hidup. Harapan-harapan inilah yang mendorong orang menghasilkan pembuatan bayangan arwah nenek moyang mereka yang telah mati. Kemudian mereka mengadakan pertunjukan bayangan untuk melihat roh nenek moyang. Pada zaman ini wayang berfungsi sebagai hal yang bersifat magis, mitos dan religius. Isi ceritanya tentang nenek moyang, kepahlawanan dan petualangannya. Diceritakan oleh orang sakti dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno Murni. 

Zaman kedua pada zaman Mataram I (400 M – 929 M), dimana wayang tidak hanya berfungsi magis, mitos dan religius, akan tetapi sudah berkembang sebagai alat pendidikan dan komunikasi. Isi cerita diambil dari epos Ramayana dan Mahabrata versi Indonesia yang bercampur mitos kuni tradisional. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Kawi. 

Zaman selanjutnya adalah zaman Jawa Timur (929 M – 1478 M), pada zaman ini pertunjukan wayang kulit sudah mencapai bentuk yang menarik. Bahasa yang digunakan adalah percampuran bahasa Sangsakerta dan Jawa Kuno. 
Foto : Wikipedia

Setelah zaman Jawa Timur barulah wayang memasuki zaman Islam (1478 M – 1945 M), wayang pada masa ini telah berfungsi sebagai alat dakwah, penerangan, pendidikan, hiburan, sumber sastra dan budaya. Isi ceritanya diambil dari Babad, yaitu percampuran Ramayana dan Mahabrata versi Indonesia secara Islami. Bentuk wayang pun mengalami perubahan. Pertunjukan wayang dipimpin oleh kyai sebagai dalang. 

Masa terakhir dari wayang adalah zaman Indonesia merdeka (1945 M – sekarang), dimana wayang berfungsi sebagai hiburan, unsur budaya dan kesenian, pendidikan, simbolis, dan filosofi. Wayang juga dimainkan oleh pemuka adat, mahasiswa, pegawai dan lain sebagainya.

Bersambung.....

Referensi :

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama